~kalau kamu merasa hidup sudah terlalu lelah, maka berjalanlah, karena waktu tak akan berhenti untuk menunggu~
kalau sering kali aku mengeluh, aku lelah pulang kerja seharian, yang sebenernya pekerjaan aku di kantor juga gak banyak. dan masih bisa pulang pakai angkot atau nebeng motor temen. kamu tahu atau pernah dengar, ada bangsa pejalan kaki. yang bukan karena senang berjalan kaki, tapi karena sebuah aturan adat yang melarang mereka untuk menggunakan kendaraan jenis apapun untuk bepergian. mereka hanya diperbolehkan menggunakan satu-satunya benda bukan buatan manusia, yaitu kaki mereka sendiri untuk bepergian. merekalah Suku Baduy Dalam.
Suku Baduy terbagi menjadi dua bagian, yaitu suku Baduy Dalam dan Suku Baduy luar. aah rasanya gak ada yang istimewa atau setidaknya begitu yang aku rasa dengan Suku Baduy Luar. mereka bisa bepergian kemana saja dengan berbagai macam kendaraan, beberapa dari mereka juga memiliki handphone dan televisi. tapi lain halnya dengan Suku Baduy Dalam, jangankan handphone atau televisi, mereka menolak listrik untuk masuk ke kampungnya.
kalau anak umur 3 atau 4 tahun di kota, mungkin mereka sedang asik bermain susun balok, belajar mengenal huruf atau berhitung. ada beberapa juga yang sudah masuk playgroup atau PAUD. tapi tidak sedikit dari anak-anak Suku Baduy Dalam dengan usia yang sama sudah membantu orang tuanya di ladang.
aku : "sabaraha taun umurna?" (berapa tahun umurnya?)
Haimin : "teuing" (gak tau)
Haimin : "teuing" (gak tau)
aku : "sakola teu?" (sekolah gak?)
Haimin : "teu meunang" (gak boleh)
aku : "jadi naon wae? ulin we nya?" (jadi ngapain aja? main aja ya?)
Haimin : "enya" (iya, kemudian dia tersenyum)
aaah aku rasa buat apa juga mereka sekolah. setiap hari mereka belajar dari sumber ilmu yang sesungguhnya. alam dan segala isinya.
Suku Baduy Dalam menggunakan bahasa Sunda kasar, tapi mereka juga punya bahasa daerah sendiri. dan logatnya unik. hampir seperti campuran logat Sunda Tasik dan Madura, huruf R nya kentara ketika diucapkan. ada 4 bocah kecil duduk berdekatan, mereka saling diam, tidak bicara, hanya memperhatikan orang dewasa bicara atau tersenyum malu-malu melihat kami "orang kota" yang bertingkah norak. suaranya pelan sekali, tidak begitu aktif seperti bocah kecil kebanyakan. iseng aku membicarakan mereka dengan temanku, mungkin mereka tidak perlu bicara seperti halnya kita, mungkin mereka pakai telepati. ahahaha.
Haimin, Namong, aku, Jakri
kami masih bisa berfoto karena masih ada di Baduy Luar. selama kami bersiap-siap (shalat dan makan) mereka hanya berdiri memperhatikan kami yang sibuk wudhu dan shalat. lagi-lagi tanpa bicara. mereka bukan muslim, kristen atau penganut agama lainnya. mungkin mereka penganut "Agama Alam". eheheh. aku rasa Haimin dan Namong kakak beradik. begitulah tipe wajah warga Suku Baduy, tapi di pikir-pikir aku agak mirip juga. ahahah.
lihat Namong, mungkin umurnya baru 6 atau 7 tahun. tapi kamu tau? dia sanggup membawakan tas teman saya yang mungkin beratnya 10kg lebih, berjalan dari Baduy Luar sampai ke Baduy Dalam. jaraknya mungkin hanya 12km, tapi tracknya nanti akan aku ceritakan di part lain. kamu akan heran entah dimana wajah lelah mereka? wajah kecewa? marah? atau bahagia? hampir datar, hanya sesekali tersenyum malu-malu.
begitulah pakaian mereka. sederhana. hanya ada hitam atau putih. karena memang begitulah hidup. tentang hitam dan putih. gak ada kaos bergambar angry birds, spiderman atau batman. mereka hidup dalam kepolosan dan aaah sederhana. jangan lupa ikat kepala dari kain putih dan tas dari kain yang unik bentuknya, bisa jadi tas selempang seperti yang Namong pakai, atau tas gendong seperti yang Jakri dan Haimin pakai.
tanggal 1-2 Desember kemarin, aku bersama 5 temanku ikut trip ke Baduy Dalam. oooh ini perjalanan luar biasa. kalau aku hanya dapat lelah maka sia-sialah aku. kalau aku hanya dapat kesenangan maka sia-sialah aku. kalau aku dapat ilmu maka bersyukurlah aku.
aku dapat banyak. kamu?
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^