Foto bagian depan Kedubes Belanda
Tahun kemarin welcoming session dilaksanakan selama 2 hari, 7-8 Mei 2018. Ternyata saat itu hanya tiga orang (seharusnya empat) yang mengikuti welcoming session, karena di bagi-bagi berdasarkan waktu pelaksanaan kursus. Naah yang berangkat periode Juni dan Juli hanya empat orang.Waktu itu aku pergi sendirian dari Bandung dan langsung ke kedubes Belanda.
Tahun 2014 aku pernah ke India, sambil mengantri di depan kedubes India aku bilang sama temenku "eeeh nanti gantian yaa, kita antrinya disana". Temenku meng aamiin kan doa ku. Tau gak disana nya itu dimana? Di Kedubes Belanda, karena Kedubes Belanda persis ada di sebrang Kedubes India. Masya Allah empat tahun kemudian kata-kata ku itu terwujud. Aku bisa berkunjung ke Kedubes Belanda, bukan cuma iseng tapi untuk welcoming session dan mengurus visa.
Tahun 2014 aku pernah ke India, sambil mengantri di depan kedubes India aku bilang sama temenku "eeeh nanti gantian yaa, kita antrinya disana". Temenku meng aamiin kan doa ku. Tau gak disana nya itu dimana? Di Kedubes Belanda, karena Kedubes Belanda persis ada di sebrang Kedubes India. Masya Allah empat tahun kemudian kata-kata ku itu terwujud. Aku bisa berkunjung ke Kedubes Belanda, bukan cuma iseng tapi untuk welcoming session dan mengurus visa.
Akhirnya aku bisa ketemu Mbak Okta juga, Beliau yang mengurusi segala persiapan keberangkatan dan sabar menjawab berbagai pertanyaan dari aku. Selain itu, aku juga ketemu sama Bu Indy, Beliau adalah Koordinator StuNed Scholarship Programme. Salah satu kalimat Beliau yang tidak akan aku lupakan adalah "Ooh kamu yang namanya Fani. Tau gak? Saya merekomendasikan kamu karena kina loh. Menurut saya kina itu eksotis banget, dan udah jarang yang tau tentang kina sekarang". How Lucky i am. Aku sangat berterima kasih karena kina. Kalian tau apa itu kina? Padahal kalau sekarang aku baca lagi Statement of Purpose ku terasa sangat cheessy. ahahah. Beliau juga menyampaikan bahwa ada 600 pelamar untuk program kursus, dan yang diterima hanya 20 orang saja. Dan aku termasuk dalam 20 orang tersebut, Alhamdullillah. Tahun 2018 adalah tahun dengan jumlah pelamar terbanyak katanya.
Naaah, singkat cerita Bu Indy menjelaskan do's and dont's selama kita di Belanda nanti. Beliau menyampaikan bahwa Wageningen adalah tempat yang paling nyaman untuk belajar, fasilitasnya juga paling baik jika dibandingkan dengan kota lainnya. Sayang banget aku kehilangan kontak dua Mbak Mbak yang saat itu welcoming session bareng dan foto bersama Bu Indy dan Mbak Okta. Hiks. StuNed sangat baik hati, karena besoknya kita harus mengurus visa jadi mereka booking kan hotel. Sebenernya aku masuk wilayah Jabar dan Jabodetabek yang gak dapat fasilitas hotel dan reimbursement transportasi. Tapi, Mbak yang dari Jogja berbaik hati memperbolehkan aku nginep juga di hotel bareng dia, ehehe. Di hari yang sama juga kita tanda tangan scholarship offer letter, semacam kontrak sih dan penjelasan lebih rinci mengenai apa saja yang di cover oleh StuNed.
Keesokan harinya kami urus visa sesuai dengan jadwal yang sudah kita pilih sebelumnya. Soal urus visa ini mungkin akan aku jelaskan di judul lain yaa. Ternyata kita urus visanya di VFS, bukan di Kedubes Belanda. Di VFS ini menyediakan jasa mengurus visa ke negara Eropa dan beberapa negara lainnya. Disana juga bisa foto langsung jadi, barangkali belum bawa foto. Visa jadi kurang lebih satu minggu dan bisa langsung di kirim ke alamat rumah kita. Sempet deg deg an takut gak sampe, tapi Alhamdullillah sampe juga.
Setelah visa jadi, aku lebih tenang dan fokus untuk siapin perlengkapan dan tugas yang diberikan bahkan sebelum kita sampe kesana. Next post akan aku ceritakan persiapan keberangkatan dan hari keberangkatan yaaa.
Salah satu pojok di kantor StuNed
Naaah, singkat cerita Bu Indy menjelaskan do's and dont's selama kita di Belanda nanti. Beliau menyampaikan bahwa Wageningen adalah tempat yang paling nyaman untuk belajar, fasilitasnya juga paling baik jika dibandingkan dengan kota lainnya. Sayang banget aku kehilangan kontak dua Mbak Mbak yang saat itu welcoming session bareng dan foto bersama Bu Indy dan Mbak Okta. Hiks. StuNed sangat baik hati, karena besoknya kita harus mengurus visa jadi mereka booking kan hotel. Sebenernya aku masuk wilayah Jabar dan Jabodetabek yang gak dapat fasilitas hotel dan reimbursement transportasi. Tapi, Mbak yang dari Jogja berbaik hati memperbolehkan aku nginep juga di hotel bareng dia, ehehe. Di hari yang sama juga kita tanda tangan scholarship offer letter, semacam kontrak sih dan penjelasan lebih rinci mengenai apa saja yang di cover oleh StuNed.
Keesokan harinya kami urus visa sesuai dengan jadwal yang sudah kita pilih sebelumnya. Soal urus visa ini mungkin akan aku jelaskan di judul lain yaa. Ternyata kita urus visanya di VFS, bukan di Kedubes Belanda. Di VFS ini menyediakan jasa mengurus visa ke negara Eropa dan beberapa negara lainnya. Disana juga bisa foto langsung jadi, barangkali belum bawa foto. Visa jadi kurang lebih satu minggu dan bisa langsung di kirim ke alamat rumah kita. Sempet deg deg an takut gak sampe, tapi Alhamdullillah sampe juga.
Setelah visa jadi, aku lebih tenang dan fokus untuk siapin perlengkapan dan tugas yang diberikan bahkan sebelum kita sampe kesana. Next post akan aku ceritakan persiapan keberangkatan dan hari keberangkatan yaaa.
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^