Haniko Fukuzawa (Part 3)

15 tahun kemudian..

Aoyama mengajariku bela diri, dia juga mengajariku membaca dan berhitung. semuanya dilakukan di dalam hutan, kadang Aoyama pergi seharian dan aku disuruhnya menunggu lama sekali. aku tidak tau kemana Aoyama pergi, tapi kalau dia pulang dia membawa banyak bahan makanan dan juga pakaian untukku. ketika umurku 12 tahun, Aoyama mulai mengajariku bagaimana caranya berburu. mulai dari hewan kecil seperti kelinci sampai hewan yang lebih besar seperti rusa. maklum saja karena kalau musim dingin tiba kami harus menyimpan banyak makanan dan lagi kulitnya bisa kami buat jadi pakaian.  kadang Aoyama juga menyuruhku mengumpulkan kayu bakar, dia mengajariku menebang pohon, memanah dan menembak. sebenarnya aku tidak mengerti kenapa ia mengajariku banyak hal seperti ini, ia hanya selalu bicara bahwa "kau harus menjadi kuat tanpaku Hani".

sudah 2 tahun ini kami tinggal di kota, Aoyama memutuskan untuk membuka kedai teh di dekat pasar. kedai kami cukup laku, karena Aoyama bukan hanya menjual teh hijau, ia juga menjual teh dari bahan lain, seperti teh dari bebungaan. sejak pindah ke kota, latihanku jadi bertambah, Aoyama mengajariku menyetir mobil dan mengendarai motor. tapi aku tidak di izinkan membawa mobil Aoyama yang butut itu, meskipun hanya untuk berbelanja atau mengantarkan pesanan teh pelanggan. di depan kedai kami ada toko bunga dan pelayannya seorang anak muda bernama Nagata. sudah setahun lebih ini kami dekat, tokonya baru buka beberapa bulan setelah kedai teh Aoyama buka. aku tidak tahu dimana dia tinggal, karena setiap pukul 8 malam ia akan menutup tokonya dan pukul 8 pagi ia datang untuk membukanya. ia orang yang sangat manis dan cerdas. ia juga humoris tapi entah kenapa Aoyama sangat membenci Nagata. bahkan Aoyama sama sekali tidak pernah bicara dengan Nagata jika ia minum di kedai kami. Nagata sering mengirmiku bunga, kadang krisan, tulip atau mawar. Nagata terlihat jauh lebih muda dari usia aslinya, usianya 25 tahun tapi ia masih terlihat seperti 20 tahun saja. hihihi.

Nagata mengajakku pergi ke bioskop malam ini. ia juga sudah bicara pada Aoyama, tapi seperti biasa Aoyama tidak pernah mau bicara lama-lama dengan Nagata. ia hanya berpesan untuk menjagaku dan tidak pulang terlalu larut. aku jadi bertanya-tanya apakah malam ini akan menjadi kencan pertama kita? kencan pertama juga buatku tentunya :D ia menjemputku pukul 7 malam, aku sudah siap sejak pukul 5 tadi. aku memutuskan memakai baju terusan berwarna biru dengan pundak yang sedikit terbuka, aku mengepang longgar rambutku. aku tidak tau apakah Nagata akan suka dengan penampilanku. tapi aku sempat melihat Aoyama membelalakkan matanya ketika melihatku, tapi ia tidak berkata apa-apa ketika melihat Nagata sudah ada dibalik pintu kedai. Nagata membawakanku buket bunga mawar putih. aku bisa melihat pipi Nagata bersemu merah dan ia menjadi lebih kikuk.

kami sampai di bioskop pukul 8 malam, jarak dari desa kami ke kota cukup jauh. kami memutuskan untuk menonton film drama romantis. entah kenapa Nagata memilih film seperti ini, padahal menurutkku tidak terlalu menarik. selama film berlangsung aku menguap terus sementara Nagata bergitu berkonsentrasi. bahkan di akhir film aku tidak sadar ternyata aku tertidur. aku jadi malu ketika Nagata membangunkanku. jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan kami tau kami harus cepat pulang karena kalau tidak Aoyama akan membunuh kami. hihi.

"Apa kau suka filmnya Hani?"
"aah ya, hmmh lumayan", aku jadi semakin malu karena aku benar-benar tidak memperhatikan ceritanya.
"ahaha kau tidak pandai berbohong Hani. ayolah kita pulang, Aoyama pasti sudah menunggumu", ia tersenyum sambil mengusap puncak kepalaku, dan akupun semakin malu. "sebentar, aku tidak dapat menemukan kunci mobilku, aku rasa mungkin terjatuh di dalam, akan kucari dulu, kau tunggulah disini"
Baiklah, tapi cepat ya", Nagata hanya tersenyum dan berlari ke dalam.

udaranya cukup dingin, dan entah kenapa kota ini tidak terlalu ramai. aku melihat beberapa orang sedang minum kopi di kedai sebrang bioskop. ada juga pasangan yang barus aja keluar dari toko roti dan beberapa orang yang berjalan di trotoar, mungkin mereka baru pulang kerja karena pakaiannya lumayan rapih. haaah kemana Nagata lama sekali.

"jangan bergerak dan ikuti kata-kataku", tiba-tiba ada yang membekap mulutku dan menempelkan sesuatu di punggungku, aku rasa itu pistol. seorang diantaranya memasangkan plester dimulutkan, dan seorang lainnya mengikat tanganku ke belakang. aku diam saja dan mengikuti kata-katanya, karena ternyata setelah aku berbalik ada dua orang lainnya di belakang. salah aku tau orang-orang macam mereka, mereka bukan menginginkan uang dariku, tapi aku pasti sesuatu yang lebih penting. iya aku tau mereka dari bagaimana cara mereka berpakaian. orang di kedai kopi berpura-pura seolah mereka tidak melihat kejadian ini. pejalan kaki pun berjalan lebih cepet dari sebelumnya. aku hanya berharap Nagata baru akan keluar setelah kami melewati ujung jalan ini. tapi ternyata aku salah.

"maaf Hani, aku lama sekali karena aku lupa dimana tempat kita duduk tadi", aku mencoba berbalik tapi orang berbadan besar ini merangkulku dengan kuat dan masih saja menodongkan senjata. "hai siapa kalian? mau kalian bawa kemana Hani?"

TAAARRRRR..

aku tau hal ini akan terjadi jika Nagata melakukan hal itu. aku mendengar suara tembakan dan teriakan Nagata. aku tau aku tidak bisa diam saja. aku memejamkan mata dan berusaha berkonsentrasi. kedua tanganku meraih tangan pria yang menodongkan pistolnya. aku membalikkan badan dan tanpa berpikir panjang menembakkan pistol itu ke dadanya. seorang lainnya menarikku dan membuang pistol ditanganku. Nagata datang untuk membantuku tapi aku tau itu tidak akan berguna karena langan kirinya terkena tembakan. darah mewarnai kemeja kremnya. tapi ternyata ia tidak selemah itu, ia pandai juga berkelahi. dan aku tau inilah gunanya mengapa Aoyama mengjariku berkelahi. aku menginjakkaki kanannya, memukulkan kepala belakangku ke kepalanya, berbalik, merebut senjatanya dan menendang kemaluannya. ternyata Nagata pun berhasil merebut senjata dari pria satunya. kamu pun berlari selagi bisa. sebelum masuk ke mobil Nagata membantuku melepaskan ikatan tanganku. aah cukup menyakitkan ketika aku membuka plester di mulutku.

"berikan kuncinya, aku tau kau tidak bisa menyetir", Nagata melemparkan kuncinya dan kami cepat-cepat pergi dari tempat itu. 

"siapa mereka sebenarnya Hani? apa mau mereka? dan bagaimana caranya kau bisa berkelahi seperti itu?", Nagata memberondongku dengan pertanyaan yang aku juga tidak tau bagaimana menjelaskannya. aku tidak menjawab pertanyaannya dan terus saja menyetir. kepalaku agak pusing setelah perkelahian tadi, pipiku pun memerah karena pukulan salah satunya, dan Aoyama akan segera membunuh kami jika kami sampai dalam keadaan seperti ini.

sampai di kedai Aoyama tidak berbicara sedikitpun. ia segera menyiapakn perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengobati luka kami. aku jadi teringat peristiwa 15 tahun lalu ketika aku harus mengobati lengan Aoyama yang terluka. untung saja pelurunya hanya menyerempet lengan Nagata, tidak sampai menembus atau tertinggal didalamnya. aku membersihkan dan menjahit lukanya. aku tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Aoyama, ia terus saja sibuk mondar-mandir, mengunci pintu dan memadamkan lampu. ia menyuruhku untuk cepat berganti pakaian, begitu juga dengan Nagata, Aoyama begitu membencinya tapi ia masih saja peduli padanya.

Nagata entah menelepon siapa, yang aku dengar ia hanya berkata bahwa ia baik-baik saja. mungkin ia mengabari orang tuanya. ketika aku baru saja mengompres pipiku, tiba-tiba terdengar suara mobil berdecit di luar. mereka mengetuk pintu kedai dengan keras. Aoyama segera menyuruh kami bersembunyi di dapur. ia memberikanku sebuah tas ransel yang entah apa saja isinya. tanpa aba-aba orang diluar menembak pintu kedai kami, yang tentu saja langsung pecah karena terbuat dari kaca. "pergilah Hani, aku tidak apa-apa", ia meraih samurai yang terpasang di dinding dan aku segera keluar lewat pintu belakang. aku mengambil kunci mobil Aoyama yang tergantung di dekat pintu belakang. aku berdoa semoga Aoyama benar-benar baik-baik saja. dan aarrrgghh kenapa mobil tua ini susah sekali menyala?
no image
Item Reviewed: Haniko Fukuzawa (Part 3) 9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Emoticon? nyengir

Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^

Komentar Terbaru

Just load it!