Teh Untuk Hidup dan Menghidupi

Teh merupakan salah satu komoditas yang produktivitasnya semakin menurun setiap tahunnya di Indonesia. Bukan hanya dari segi kuantitas tapi juga mengalami pengurangan jumlah luas lahan. Berdasarkan data statistik tahun 2000, 2005 dan 2010 mengenai jumlah produksi teh di berbagai negara, hanya indonesia yang terus menerus mengalami penurunan. Lain halnya dengan China yang mengalami peningkatan bahkan dari tahun 2005 ke tahun 2010 rata-rata meningkat 131% setiap tahunnya.

Ada 3 kunci utama bagi China untuk terus meningkatkan produksi tehnya, yaitu research & development, tea industry dan tea culture. Seperti yang kita ketahui bahwa teh diduga pertama kali ditemukan di China sejak 3000 tahun yang lalu secara tidak sengaja. Dengan demikian tradisi minum teh di China merupakan tradisi turun temurun. Bahkan teh di China termasuk ke dalam salah satu dari 7 bahan pokok. Selain itu teh bukan hanya untuk di konsumsi tapi dalam penyajiannya teh juga memiliki nilai seni yang setara dengan syair, lukisan, kaligrafi dll.

Produksi teh di China per tahunnya mencapai kurang lebih 1,62 juta ton dengan 1,3 juta ton di antaranya di konsumsi oleh penduduk lokal. Bukan hanya karena jumlah penduduk di China begitu banyak, namun teh begitu melekat dengan keseharian masyarakat China. Ada salah satu pepatah yang mengatakan “lebih baik kekurangan makan selama tiga hari dibandingkan kekurangan teh selama satu hari”. Teh sudah seperti air putih bagi bangsa Indonesia, tapi perbedaannya ada pada kebanggaan.

Bagi masyarakat China, terutama kaum ekspatriat meminum teh juga dijadikan sebagai ajang promosi. Banyak diantaranya yang membawa tea set kemanapun mereka pergi, mereka membawa teh kelas premium seperti Long Jin atau oolong. Para produsen begitu peduli terhadap kemajuan teknologi, hal ini ditunjukkan dengan mempekerjakan 161 peneliti khusus di bidang teh. Mereka juga terus berinovasi pada produk hilirnya. Ada berbagai jenis produk yang dihasilkan dari bahan baku teh, mulai dari obat-obatan hingga pakaian.

Di China terdapat kurang lebih 50.000 kedai minum teh yang 1000 diantaranya terdapat di daerah Hangzou. Asumsikan saja di satu kedai teh ada 5 pegawai, dengan demikian ada sekitar 250.000 orang yang bekerja di kedai-kedai teh. Dengan luasan kebun teh mencapai 2,1 juta hektar, terdapat 20 juta petani dan pekerja di industri teh. Jumlah tersebut masih harus dikalikan dengan jumlah anggota keluarga, dapat dihitung berapa banyak jumlahnya. Di China teh menjadi salah satu komoditas yang menghidupi begitu banyak orang. Keberlangsungannya terus diperhatikan, salah satunya dengan terus mengembangkan sistem perkebunan teh organik.

Saya yakin, indonesia mampu berjaya seperti pada masanya. Minum teh memang bukan tradisi masyarakat Indonesia, apalagi mengkonsumsi teh kelas premium belumlah menjadi kebiasaan. Baiknya tidak takut untuk terus berinovasi dan memperbaiki diri. Menjadi konsisten merupakan langkah awal untuk terus maju. Mengambil filosofi mendaki gunung, bukan bagaimana mengambil 1 langkah besar untuk mencapai ke puncaknya, tapi langkah kecil yang konsisten yang akan membawa kita ke puncak. Adalah melawan keegoisan diri sendiri dan menjadi peka terhadap apa yang harus dilakukan. Memampukan diri untuk mengontrol dan mencari jalan dengan cekatan. Di sana, di puncak, akan menjadi tujuan kita bersama.

(resume persentasi Prof. Dr Wenyan Han)
no image
Item Reviewed: Teh Untuk Hidup dan Menghidupi 9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Emoticon? nyengir

Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^

Komentar Terbaru

Just load it!