Sophia, aku mencintaimu..

Dalam hidupku, mungkin aku tidak pernah menyaksikan kisah cinta yang begitu dalam sebelumnya, hingga aku bertemu dengan mereka, Sophia dan Raga. Cinta keduanya begitu hangat dan sederhana. Bagi Raga, Sophia adalah segalanya, seperti hidupnya hanya tercipta untuk Sophia. Jika bisa, nyawanya akan ia pertaruhkan untuk Sophia, hanya untuk Sophia. Gadis lugu yang selalu ceria namun terkadang manja. Meskipun hujan, meskipun dalam terik matahari, Raga akan selalu berlari untuk Sophia, takkan ia mengenal lelah.

Sophia adalah sinar bagi kehidupan kelam Raga, pelangi setelah hujan badai reda, dan sejuk dikala lelah menerpa. Senyum Sophia merupakan pembangkit ketika Raga merasa putus asa. Sophia bukanlah gadis yang pertama bagi Raga, telah banyak ia mengenal berbagai jenis wanita, tapi Sophia adalah seluruh hidup Raga.

Berbeda dengan Raga, bagi Sophia Raga adalah cinta pertamanya dimana ia dikenalkan dengan rasa bahagia atau kadang kecewa. Dalam keluguannya ia tidak mengerti mengapa Raga begitu mencintai Sophia, rela melakukan apa saja demi memenuhi keinginan Sophia. Membimbingnya dalam susah, menuntunnya saat tertatih dan mengajarkan bagaimana cinta seharusnya bertumbuh.

Selalu, setiap malam sebelum tidurnya, Raga mengecup kedua jemari Sophia dan berkata "Sophia, aku mencintaimu". Dan setiap malam pula aku menyaksikannya dari balik pintu. Sophia akan melakukan hal yang sama pula setiap malam, mengalungkan kedua tangan di leher Raga dan mengecup kening Raga, "Sophia juga mencintai Ayah". Senyumku selalu terkembang, kadang air mataku menetes tak sengaja, cinta seorang ayah pada putrinya. Sampai kapanpun Sophia akan selalu menjadi putri kecil kami. Tak akan kami biarkan Sophia mengalah pada kerasnya dunia, karena kami akan selalu ada dibelakangnya.

Sophia, kami mencintaimu.